Kamis, 23 April 2015

Filosofi Garam

       Garam di dalam masakan itu bentuknya tidak terlihat, tetapi sangat mempengaruhi rasa masakan.
       Orang jawa pada masa Wali Songo meskipun sudah memeluk Islam paling malas cuci kaki. Karena masih kental dengan tradisi Hindu, agama yang mereka anut sebelumnya. Bahkan, masuk ke masjid pun tetap dengan kaki kotor. Sunan Kudus memikirkan cara agar mereka mau mencuci kakinya saat ingin memasuki masjid. Dibuatlah di jalan masuk ke masjid sebuah 'jeding kobok'. Yaitu tempat wudhu' yang didesain siapapun yang ingin wudhu', kakinya terpaksa harus dicelupkan ke dalam air setinggi mata kaki.
       Dengan berawal dari hal ini, tanpa sadar mereka akhirnya bisa membiasakan diri membersihkan kaki.

***

       Orang jawa punya tradisi menaruh sepiring nasi dan lauk yang ditaruh di pojok rumah apabila ada anggota keluarganya yang wafat. Entah dengan maksud apa hal itu dilakukan. Ada yang bilang sebagai sesaji atau sebagai kiriman untuk yang wafat.
       Suatu saat ada salah seorang yang menanyakan hukumnya pada seorang kiai.
       "Bagaimana hukumnya melakukan hal itu?"
       "Silakan. Tapi Mbok yo jangan hanya satu piring, Buatlah 40 piring."
       "Ya. Terus 40 piring itu ditaruh dimana saja?"
       "Undang tetangga. Beri tiap orang satu piring."
       "Yang pojok rumah bagaimana?"
       "Satu piring ditaruh di pojok tidak apa-apa."
       Mereka akhirnya memiliki tradisis tahlilan dan sedekah saat kerabatnya wafat. Menggantikan tradisi sesajen yang sebelumnya mengakar kuat.

# Di kutip dari pidato KH. Sa'id Aqil Siradj

***

       Orang Hindu paling sakit melihat sapi dibunuh. Untuk menarik simpati pada dakwahnya, Sunan Kudus melarang pembunuhan sapi. Masyarakat yang diajaknya lambat laun menerima dengan tulus dakwah beliau.

***

       Merubah tradisi dan kepercayaan yang telah mengakar kuat membutuhkan perjuangan dan proses lama. Namun para wali & ulama kita dengan filosofi garamnya mampu melakukan itu dalam waktu relatif singkat dan hasil yang luar biasa.
       Jika ingin sukses dalam dakwah, tirulah metode yang telah terbukti cocok dengan masyarakat indonesia. Dakwah dengan nada geram dan mengkafirkan, Insya Allah gak laku di sini.

0 komentar:

Posting Komentar