Senin, 27 April 2015

Empat Istri Kita

            Seorang pedagang kaya raya memilki 4 istri. Istri ke-4 adalah yang paling dicintainya. Ia memberinya berbagai perhiasaan yang mahal dan memperlakukannya dengan lemah lembut. Ia merawatnya dan tidak memberinya sesuatu kecuali yang terbaik.

            Ia juga sangat mencintai istrinya yang ke-3, merasa bangga padanya, dan selalu memamerkan kepada teman-temannya. Meskipun demikian, si pedagang selalu merasa khawatir kalau sewaktu-waktu ia lari dengan pria lain.

            Ia juga mencintai yang ke-2, karena ia penuh perhatian, berwatak sabar, dan merupakan orang kepercayaannya. Kapanpun ia menghadapi persoalan, istrinya ini selalu menolongnya, dan begitupun ketika ia menghadapi masa-masa sulit.

            Adapun istri pertamanya, ia sangat setia, dan telah berjasa dalam mengurus kekayaan, bisnis dan rumah tangganya. Meskipun demikian, si pedagang tidak mencintai istri pertamanya ini, dan meskipun si istri sangat mencintainya, ia hampir tidak pernah memperhatikannya.

            Suatu hari si pedagang jatuh sakit dan menyadari bahwa ajalnya sudah dekat. Ia mengenang kehidupannya yang selama ini lalu berkata kepada dirinya sendiri, “Aku punya 4 istri, tapi sewaktu mati nanti, aku sendiri. Alangkah kesepiannya aku nanti.”

            Ia kemudian bertanya kepada istri yang ke empat, “Kau paling ku cintai. Aku telah memberimu berbagai pakaian yang baik, dan mencurahkan banyak perhatian kepadamu. Sekarang ajalku telah dekat, maukah kau mengikuti dan menemaniku di kubur?”

            “Sama sekali tidak!” jawab istri ke-4 sambil berjalan meninggalkannya.

            Jawaban itu sangat menyakitkan, seakan pisau tajam menghujam tepat di jantungnya.

            Pedagang itu sedih lalu bertanya kepada istri ke-3 “Selama hidupku aku sangat mencintaimu. Sekarang ajalku telah dekat, maukah kau mengikuti dan menemaniku di kubur?”

            “Tidak!” jawabnya. “Kehidupan di sini sangat indah. Aku akan kawin lagi bila kau telah tiada.”

            Sang pedagang merasa sangat sedih.

            Ia kemudian bertanya kepada istri kedua, “Aku selalu memohon pertolonganmu dan kau selalu membantuku. Sekarang aku butuh pertolonganmu lagi. Bila aku mati nanti, maukah kau mengikti dan menemaniku di kubur?”

            “Maafkan aku, aku tidak dapat menolongmu kali ini.” Jawabnya. “Paling-paling aku hanya bisa mengantarmu sampai ke kubur.”

            Jawaban itu datang bagai halilintar. Si pedagang seakan binasa.

            Tiba-tiba terdengar suara, “Aku akan berangkat bersamamu, aku akan mengikuti kemanapun kau pergi.”

            Si pedagang mendongakkan kepalanya dan melihat istri pertamanya. Tubuhnya kurus kering, seakan kekurangan gizi. Dengan penuh penyesalan ia berkata “Seharusnya aku dahulu lebih memperhatikanmu.”

            KETAHUILAH, sebenarnya kita semua memiliki 4 istri  dalam kehidupan ini.

            Istri yang ke 4 adalah tubuh kita. Berapapun banyak waktu dan usaha untuk membuatnya cantik, ia tetap meninggalkan kita bila kita telah mati.

            Istri yang ke 3 adalah kekayaan dan status kita. Bila kita meninggal, semuanya akan menjadi milik orang lain.

            Istri kedua adalah keluarga dan teman. Seberapapun dekatnya mereka dengan kita, mereka paling jauh hanya bisa menghantarkan kita ke kubur.

            Istri pertama adalah jiwa kita dan amal kita. Sering kali kita tidak memperdulikannya sewaktu kita mencari kekayaan dan memperturutkan hawa nafsu, padahal dialah nanti yang akan mengikuti kemanapun kita pergi.

            Mungkin adalah gagasan yang baik untuk memelihara dan menguatkan jiwa kita sejak saat ini juga daripada kita kelak menyesal di atas pembaringan kematian.

            

0 komentar:

Posting Komentar